Minggu, 18 Desember 2016

Tugas INSTRUMENTASI




MAKALAH
ELISA
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay )

       
 OLEH: KELAS 16 C ANALIS KESEHATAN
DOSEN : AGNES RANTESALU,

KELOMPOK 8 ELISA ;
v  KAHARUDDIN 
NIM : 16 3145 453 097

v  WARDANIA
NIM : 16 3145 453 118

v  IMAM UTOMO
NIM : 16 3145 453 094


PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALISIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR
2016/ 2017

KATA PENGANTAR

      Bismillahi Rahmani Rahim
       Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan  kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidaya-lah, kami dari kelompok 8 ( delapan ) ELISA dapat menyelesaikan makalah ini walaupun dalam makalah tersebut masih jauh dari kesempurnaan.
Makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang turut memberikan andil, baik secara langsung maupun tidak langsung, moral maupun material.
Akhirnya kami dari kelompok 8 Elisa, dengan segala kerendahan hati mohon pamit serta maaf yang setulus tulusnya atas kekurang sempurnaan makalah yang kami buat ini.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

                                                                                
                                                                                 Makassar,     Oktober  2016


                                                                                 Kelompok 8 Elisa







DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................           i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................          ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................         iii
BAB     I              PENDAHULUAN .......................................................................      1-2
A.      Latar Belakang Masalah ........................................................         1
B.       Rumusan Masalah.................................................................         2
C.       Tujuan...................................................................................         2
BAB     II            PEMBAHASAN..........................................................................     3-10
A.  Definisi.....................................................................................         3
B.  Jenis- jenis ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay) ...     4- 7
C.  Prinsip kerja ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay)..     7- 8
D.  Cara kerja ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay)......     8- 9
E.   Kelebihan dan kekurangan ELISA (Enzyme-Linked Immune-
Sorbent Assay)..........................................................................   9- 10
BAB     III           PENUTUP ............................................................................... ...       11
A.        Kesimpulan...........................................................................       11
B.         Saran ....................................................................................       11
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................       12






BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Praktikum biologi molekuler diawali dari isolasi DNA untuk memisahkan DNA dari sel suatu individu. Selanjutnya dilakukan proses spektrofotometri untuk mengetahui kemurnian DNA tersebut. Tahap selanjutnya yaitu amplifikasi dengan teknik PCR. DNA kemudian dielektroforesis dengan tujuan untuk memisahkan DNA dari RNA dan pengotor lain. Tahap berikutnya yaitu digesti untuk memotong sekuen DNA spesifik yang diinginkan. kemudian dilakukan sequencing. Dari semua tahapan yang dilakukan, masih terdapat satu langkah lagi yaitu ELISA yang berguna untuk mengetahui jumlah atau konsentrasi sampel yang didapatkan.
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) merupakan suatu teknik biokimia untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas untuk antigen tertentu. ELISA terdiri atas tiga macam yaitu Direct ELISA, Indirect ELISA, dan Sandwich ELISA (Baker dkk. 2007: 211).    
Direct ELISA merupakan jenis ELISA yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi suatu antigen. Antigen yang akan dideteksi akan berikatan langsung (direct) dengan antibodi detector (antibodi yang telah dilabeli oleh enzim  reporter). Antibodi yang digunakan pada teknik direct ELISA berjumlah satu buah. Kelebihan dari direct ELISA yaitu  Cepat dan tidak terdapat Cross Reaksi dengan antibodi sekunder. Akan tetapi, direct ELISA memiliki kekurangan yaitu harga pelabelan antibodi primer yang mahal, tidak ada fleksibilitas pemilihan antibodi primer, dan sinyal  amplifikasinya sedikit (Walker & Rapley 2008: 668).
Indirect ELISA merupakan jenis ELISA yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen atau antibodi. Teknik tersebut memiliki karakteristik yaitu antigen tidak menempel langsung pada antibodi detector  (indirect). Antigen akan berikatan dengan antibodi lain terlebih dahulu. Antibodi tersebut kemudian akan berikatan dengan antibodi yang telah dilabeli. Kelebihan indirect ELISA yaitu memiliki sensitivitas tinggi dan sinyal amplifikasi yang tinggi. Kekurangan indirect ELISA yaitu membutuhkan waktu yang lama dan terjadi cross reaksi terjadi (Walker & Rapley 2008: 669).
Sandwich direct ELISA menggunakan dua antibodi yaitu antibodi penangkap dan antibodi yang dilabeli enzim. Antigen yang telah berikatan dengan antobodi penangkap akan berikatan kembali dengan antibodi yang dilabeli enzim. Sandwich indirect ELISA menggunakan tiga antibodi yaitu antibodi penangkap, antibodi detektor, dan anti-antibodi yang dilabeli enzim. Antigen yang telah berikatan dengan antibodi penangkap akan berikatan dengan antibodi detektor dan anti-antibodi yang dilabeli enzim (Crowther 1995: 39). Antigen dalam sandwich ELISA tidak perlu dimurnikan sebelum digunakan. Sandwich ELISA sangat spesifik sehingga tidak semua antibodi dapat digunakan.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang dibahas dalam makala ini adalah :
1.      Apa itu ELISA?
2.    Bagaimana Jenis-jenis ELISA  ?
3.    Bagaimana prinsip kerja dari metode ELISA ?
4.    Bagaimana contoh cara kerja metode ELISA ?
5.    Apa kelebihan dan kekurangan dari metode ELISA ?

C.  Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah :
1. Menambah ilmu pengetahuan tentang Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
2. Memahami lebih dalam tentang apa itu “Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)”.
3. Memenuhi tugas dalam mata kuliah instrumentasi.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi 
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) atau yang sering disebut uji kekebalan enzimatis adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Dalam pengertian sederhana, sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir, ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi. Dalam ELISA fluoresensi, saat cahaya dengan panjang gelombang  tertentu disinarkan pada suatu sampel, kompleks antigen/ antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah antigen pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya fluoresensi.
Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui diimobilisasi pada suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng mikrotiter polistirene), baik yang non-spesifik (melalui penyerapan pada permukaan) atau spesifik (melalui penangkapan oleh antibodi lain yang  spesifik untuk antigen yang sama, disebut ‘sandwich’ ELISA). Setelah antigen diimobilisasi, antibodi pendeteksi ditambahkan, membentuk kompleks dengan antigen. Antibodi pendeteksi dapat berikatan juga dengan enzim, atau dapat dideteksi  secara langsung oleh antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim melalui biokonjugasi. Di antara tiap tahap, plate harus dicuci dengan larutan deterjen lembut untuk membuang kelebihan protein atau antibodi yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir, dalam plate ditambahkan substrat enzimatik untuk memproduksi sinyal yang visibel, yang menunjukkan  kuantitas antigen dalam sampel. Teknik ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun metode-metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang jauh lebih sensitif



B.     Jenis- jenis ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay )
1.          Indirect ELISA
Tahap umum yang digunakan dalam indirect ELISA untuk menentukan konsentrasi antibodi dalam serum adalah:
1. Suatu antigen yang sudah dikenal dan diketahui konsentrasinya ditempelkan pada permukaan lubang plate mikrotiter. Antigen tersebut akan menempel pada permukaan plastik dengan cara adsorpsi. Sampel dari konsentrasi antigen yang diketahui ini akan menetapkan kurva standar  yang digunakan untuk mengkalkulasi konsentrasi antigen dari suatu sampel yang akan diuji.
2. Suatu larutan pekat dari protein non-interacting, seperti bovine serum albumin (BSA) atau kasein, ditambahkan dalam semua lubang plate mikrotiter.  Tahap ini dikenal sebagai blocking, karena protein serum memblok adsorpsi non-spesifik dari protein lain ke plate.
3. Lubang plate mikrotiter atau permukaan lain kemudian dilapisi dengan sampel serum dari antigen yang tidak diketahui, dilarutkan dalam buffer yang sama dengan yang digunakan untuk antigen standar. Karena imobilisasi antigen dalam tahap ini terjadi karena adsorpsi non-spesifik, maka konsentrasi protein total harus sama dengan antigen standar.
4. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji dimasukkan dalam lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat antigen terimobilisasi pada permukaan lubang, bukan pada protein serum yang lain atau protein yang terbloking.
5. Antibodi sekunder, yang akan mengikat sembarang antibodi pendeteksi, ditambahkan dalam lubang. Antibodi sekunder ini akan berkonjugasi menjadi enzim dengan substrat spesifik. Tahap ini bisa dilewati jika antibodi pendeteksi berkonjugasi dengan enzim.
6. Plate dicuci untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang tidak terikat.
7. Dimasukkan substrat yang akan diubah oleh enzim untuk mendapatkan sinyal kromogenik/ fluorogenik/ elektrokimia.
8. Hasil dikuantifikasi dengan spektrofotometer, spektrofluorometer atau alat optik/ elektrokimia lainnya.
Enzim bertindak sebagai amplifier, bahkan jika hanya sedikit antibodi terikat enzim yang tetap terikat, molekul enzim akan memproduksi berbagai molekul sinyal. Kerugian utama dari metode indirect ELISA adalah metode imobilisasi antigennya non-spesifik, sehingga setiap protein pada sampel akan menempel pada lubang plate mikrotiter, sehingga konsentrasi analit yang kecil dalam sampel harus berkompetisi dengan protein serum lain saat pengikatan pada permukaan lubang. Mekanisme indirect ELISA dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
2.       Sandwich ELISA
Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:
1.    Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi ‘penangkap’
2.    Semua non spesifik binding sites pada permukaan diblokir
3.    Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate
4.    Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat
5.    Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik dengan  antigen
6.    Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan, yang akan berikatan dengan antibodi primer.
7.    Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang tidak terikat dapat dibuang.
8.    Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal berwarna/ berfluoresensi/ elektrokimia.
9.    Diukur absorbansinya  untuk menetukan kehadiran dan kuantitas dari antigen
Keuntungan utama dari metode sandwich ELISA adalah kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan mampu mengikat secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan pertama antibodi penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk protein serum) dapat diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas antigen yang terimobilisasi. Prinsip kerja sandwich ELISA dapat dilihat pada skema berikut ini:

3.       ELISA kompetitif
Tahapan pengerjaan ELISA kompetitif berbeda dari dua metode yang telah dibahas sebelumnya, yaitu:
1.      Antibodi yang tidak berlabel diinkubasi dengan kehadiran antigennya
2.      Komplek antigen-antibodi ini selanjutnya ditambahkan pada lubang yang telah dilapisi antigen
3.      Plate dicuci, sehingga kelebihan antibodi tercuci (semakin banyak antigen dalam sampel, semakin sedikit antibodi yang dapat terikat pada antigen yang menempel pada permukaan lubang, karena inilah disebut kompetisi
4.      Ditambahkan antibodi sekunder yang spesifik utnuk antibodi primer. Antibodi sekunder ini berpasangan dengan enzim
5.      Substrat ditambahkan, enzim akan mengubah substrat menjadi sinyal kromogenik/ fluoresensi.
Dalam ELISA kompetitif, semakin tinggi konsentrasi antigen orisinal, semakin lemah sinyal yang dihasilkan. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
C.     Prinsip Kerja ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke permukaan microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibody atau antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara ini digunakan pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan dengan sampel => bila sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik , sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik) dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi. Pada ELISA flourescense misalnya, enzim yang tertaut dengan antibodi atau antigen spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang berupa pendaran flourescense.

D.    Contoh Cara Kerja ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
Berikut ini adalah contoh langkah kerja beberapa macam teknik ELISA, yaitu:
a. Pendeteksian antibody dengan ELISA indirect:
1.  Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah dimurnikan dengan membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan selama 30-60 menit.
2.  Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer.
3.  Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu bubuk).
4.  Membilas protein yang tidak melekat.
5.  Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi antibodinya dan membiarkan antibody spesifik untuk berikatan dengan antigen.
6.  Membilas antibody yang tidak terikat.
7.  Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah Fc pada antibody yang spesifik (sebagai contoh, anti-rantai gamma manusia yang berikatan dengan IgG manusia). Daerah Fc pada anti-Ig akan berikatan secara kovalen dengan enzim.
8.  Membilas kompleks antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna, dan
11. Ukur dengan spectrometer. Jka semakin pekat warna yang dideteksi, maka makin besar kadar antibody spesifik dalam sampel.
b. Pendeteksian antigen dengan ELISA sandwich:
1.   Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah dimurnikandimurnikan dengan membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan selama 30-60 menit.
2.  Membilas antibodi yang tidak terikat dengan buffer.
3.  Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu bubuk).
4.  Membilas protein yang tidak melekat.
5.  Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan membiarkan antibodi untuk berikatan dengan antigen spesifik dari sampel.
6.  Membilas antigen yang tidak terikat.
7.  Menambahkan antibody yang telah terlabeli dengan enzim dan bersifat spesifik untuk epitope yang berbeda pada antigen sampel, sehingga terbentuk sandwich.
8.  Membilas antibody-enzim yang tidak terikat.
9.  Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang terikat ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
            10. Inkubasi sampai muncul warna.
11. Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang terdeteki, maka makin besar kadarantigen spesifi dalam sampel.

E.     Kelebihan dan Kekurangan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
1.      Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
Ø  Teknik pengerjaan relatif sederhana
Ø  Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang digunakan hanya satu saja, sehingga menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibodi)
Ø  Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
Ø  Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar antigen tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi atau antigen yang bersifat sangat spesifik)
Ø  Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.

2.      Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain :
Ø  Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen).
Ø  Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi poliklonal, sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif mahal.
Ø  Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan pengujian akibat kontrol negatif yang menunjukkan respons positif yang disebabkan inefektivitas dari larutan blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen asing dapat berinteraksi dengan antibodi bertaut enzim signal dan menimbulkan signal.
Ø  Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini dapat diatasi dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah metode uji imunitas atau keberadaan dan konsentrasi suatu protein penyusun antigen berdasarkan reaksi antara antibodi dan antigen itu sendiri. Teknik tersebut tidak hanya dapat digunakan untuk mendeteksi antigen, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh. Prinsip kerja dari teknik ELISA adalah berdasarkan reaksi spesifik antara antibodi dan antigen dengan menggunakan enzim sebagai penanda (marker). Enzim tersebut akan memberikan suatu tanda terdapatnya suatu antigen jika antigen tersebut sudah bereaksi dengan antibodi. Reaksi tersebut memerlukan antibodi spesifik yang berikatan dengan antigen.
B.       Saran
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu semoga adanya makalah ini bisa pulalah menambah pengetahuan kita tentang ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Dan mahasiswa yang ingin mengetahui lebih detail tentang ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay), diharapkan mencari lebih banyak referensi,sumber dari berbagai buku karena makalah ini belum lah sempurna,sebab tak ada manusia yang sempurna.



DAFTAR PUSTAKA